13 Juli 2013

Luka Ini Kepedihan


Pusara angin luka
Asingkan aku di atas pusara luka
angin
Kan ku gapai goresan merona pada goresan hati yang kian membentang luas dalam diri
Dari hempasan alam yang sempit
Lelah kaki ini menyusuri ranting-
ranting berduri
Hingga telapak kaki ini penuh dengan darah dan nanah yang membusuk
Luka ini nyata merajamku
Batin ini terhunus tikaman bilah
belati usang yang berkarat
Menjadi sebab infeksi mematikan pada jiwa
Menggoyakan sutra suci yang tertenun indah
Kembali lagi aku dalam pusara titik awal
Hanya ada keramaian gemuruh guntur menakutkan yang menghasud
Membakar hati yang berada di ujung jurang tak berdasar
Membangunkan monster mengerikan yang tertidur dalam ruang hati
Mengikat hidupku dengan mata rantai yang panas
Keramaian selalu mengekangku
Aku terasing dalam kumpulun spesies yang sama
Aku terluka
Hati ini adalah luka
Luka ini kepedihan

10 Juli 2013

Untukmu


Kau tahu?
Ah, ya, aku tahu kau mungkin tidak pernah tahu
Malam ini aku terikat kembali dengan ruh malam
Sendiri menikmati waktu
Menari kaku bersama daun yang berdendang
Diiringi sunyi yang melantun dengan merdu
Aku terlentang menatap jubah sang raja gelap
Tak ada saputan awan
Bulan sempurna purnama
Bintang gemintang menjadi pelengkap keelokannya
Bagai sengaja dirancang untuk membuka gerbang duniaku
Sel otakku kembali disentuh oleh sukmamu
Terbang
Melayang dengan sayap setan dan malaikat
Menuju dimensi khayal
Wajahmu kembali terlukis dihamparan langit
Sayu
Tentram
Hanya ini yang mampu kulakukan
Fisik nyata tak pernah ada interaksi
Bahkan mungkin korelasi pun nihil
Aku tak tahu apakah sukma kita pernah bertegur sapa
Aku tak tahu rasanya menyentuh raga yang sekarang menjadi wadah ruhmu
Ruh yang selalu utuh
Ruh yang tak pernah mengeriput
Ruh yang bagiku selalu cantik nan manis
Ruh yang selalu aku cintai
Kau tahu?
Ah, aku tahu kau mungkin tak pernah tahu haha
Bagiku kau adalah cinta yang masif
Tak pernah bisa aku membuangmu dari ruang kecil ini
Kau selalu ada
Terbelenggu oleh sesuatu yang abstrak
Kadang terhalang kabut
Dan seketika kau menarik ku
Membius nalar
Dengan mata rantai yang kokoh kau ikat sepotong hati ini
Kau lukiskan warna pada hidupku yang kadang absurd
Putih
Bahkan sampai pada titik hitam
Heh
Aku pun tak mengerti dengan fiksasi ini
Ehem…
Nadia,,,
Ah, akhirnya aku menyebut namamu
Kau tahu?
Ah, aku tahu kau mungkin tidak pernah tahu
Aku mencintai sejak aku masih senang bermain petak umpet
Bahkan mungkin terlampau mencintaimu
Tak peduli benteng ruang dan waktu yang berdiri angkuh
Terkadang hatiku sering menipu
Kau tahu?
Ah, aku tahu mungkin kau tidak pernah tahu
Dulu aku sering bertanya pada gelap
Gelap yang nyata
Yang menelan apapun yang ada di hadapannya
Apakah aku punya akar kesempatan?
Atau apakah aku memang tidak  pernah berani menanam benih itu?
Haha betapa tidak beruntungnya aku
Aku menyerahkan sepenuhnya kesempatan itu kepada suratan takdir
Tapi, mungkin itu tidak buruk
Mungkin bukan sebuah kesalahan
Aku akan membiarkan semua itu selamanya
Andaikata takdir itu memang baik pada ku
Maka akan ada sesuatu yang bisa membelokkan semua kenyataan
Namun sepanjang sesuatu itu belum terjadi
Tidak pernah ada mawar yang tumbuh di karatnya besi
Jujur saja
Untuk orang yang tidak mempunyai harapan sepertiku
Aku hanya menginginkanmu
Itu benar
Aku teramat menginginkanmu
Maksudku dalam artian positif
Menginginkanmu menjadi teman hidup
Melalui hari demi hari bersama-sama
Menjejak sudut-sudut kebahagiaan
Dan mungkin juga pahit getir kehidupan
Tapi aku tidak mengharapkanmu
Aku bersiap melepas  semua perasaan ini kalau kau sebaliknya ternyata tidak menginginkannya
Melupakannya
Meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya
Mungkin tidak akan pernah bisa
Kau berhak memutuskan apa yang akan kau tentukan
Tentu saja
Maksudku
Eh
Menentukan nasibku
Aku…
Aku menciantimu