25 Agustus 2013

Siapa Yang Paling Kejam

Tiga orang lelaki yang sedang mabuk bertanding untuk menentukan siapa yang paling kejam.
Lelaki yang pertama menyerang seorang perempuan dan memukulnya sehingga giginya patah, lebam kedua biji matanya dan darah keluar daripada hidung dan telinga perempuan itu.
Akhirnya perempuan itu jatuh ketakutan dan badannya menggeletar.
Dia berpusing menghadap dua lelaki dan berkata dengan bangganya,
“Akulah orang yang PALING KEJAM!”
Tidak berpuashati, lelaki kedua bangun dan mengoyak baju perempuan itu, merogolnya dan terus mencekik perempuan itu sehingga perempuan itu mati.
Dan dia berkata sambil mendabik dada “Tidak ada siapa yang lebih KEJAM daripada aku!"
Lelaki ketiga pula bangun dan tersenyum.
Dia menjawab:
“AKULAH YANG PALING KEJAM...
Aku cuma berdiri dan melihat kekejaman kamu sedangkan perempuan ini adalah adik aku...”
Perempuan itu adalah Palestin/Syria/Rohingya/Mesir.
Lelaki pertama ialah Israel.
Lelaki kedua adalah Amerika Syarikat.
Lelaki ketiga pula ialah Umat Islam (Kita) yang hanya berdiam diri dan melihat apa yang terjadi.
Tahniah kepada Umat Islam!!
Berdiam diri dan melihat kekejaman dihadapan kita, itu sahaja yang mampu kita buat..
Mahukah kita jadi sekejam lelaki ketiga...... .......jika kita tidak kongsikan artikel ini???
Siapa tahu dengan artkel ini lebih ramai ummat islam yang akan sedar dari tidur lenanya..
Ayuh....kita bersatu demi islam, bantulah seboleh yang mampu..
Sama-samalah kita muhasabah diri..
Sejauh mana usaha kita untuk menolong saudara-saudara Islam kita..
Renung sejenak sebanyak mana doa yg kita telah hadiahkan...
Umat Islam itu lemah kerana mereka JAUH daripada agama mereka sendiri.

15 Agustus 2013

Save Egyp



Apakah merah itu kawan, yang menghias sebujur tubuh kaku tanpa nyawa?
Adakah itu darah segar syuhada atau bunga syurga yang bermekaran diatas jasadnya?
Isak apakah itu kawan, yang suaranya lebih gemuruh dari rintihan sesak didada?
Apakah itu jerit tangis calon syuhada atau doa indah para calon penghuni syurga?
Hujan airmata beriring dengan menderasnya timah panas yang membabi buta
Lengking menyanyat seakan tertimbun dentum senjata laras bernyawa
Adakah ini sebuah pesta pengorbanan atau,
Titik benci yang telah melebur hanguskan perasaan?
Kawan, lihatlah, lihat mereka yang tersenyum menghantarkan sisa usianya dijalan Rabbnya
Tidakkah bergetar hatimu kawan?
Hanya setangkup doa yang mampu ku hatur kawan
Untuk mereka para saudara yang tengah berjalan menuju syurga-Nya

10 Agustus 2013

Aku Bukan Sampah



Persetan dengan hidup ini
Aku hanyalah aku
Bukan dia ataupun mereka
Inilah aku dengan kekurangan dan kelebihanku
Inilah aku dengan kecacatan-nyataku
Kalian berhak menilai diriku
Kalian berhak membandingkan diriku dengan orang lain
Kalian berhak mengaturku untuk menjadi apa yang kalian inginkan
Kalian berhak
Kalian selalu berhak
Selalu
Aku tahu seperti apa aku di mata kalian
Hahahaha aku ingin tertawa gila
Aku tahu kalian selalu menganggapku tak berguna
Perbandingan adalah standarisasi kalian untuk mengukur kegunaanku
Miris sekali, Ibu, Ayah
Aku tidak sebanding dengan para super hero yang selalu Ibu dan Ayah bandingkan dengan rendahnya diriku
Ayah, Ibu
Ini aku dengan kemampuan diriku
Ini aku, anak kalian yang kalian anggap sebagai sampah kotor
Sampah yang tidak ada gunanya bukan?
Sampah yang menjijikan bukan?
Sampah yang selalu membuat kalian malu
Bukankah kalian sudah menyaksikan semuanya
Aku tidak bisa menjadi seperti para super hero kalian
Buanglah aku bersama orang-orang yang kalian anggap sampah
Biar kubangun surga bersama mereka dari puing neraka kami selama ini
Hahahaha aku benar-benar ingin mabuk dan gila
Ayah, Ibu
Tahukah kalian?
Aku bukanlah sampah!
Aku lebih rendah dari sampah!
Aku lebih kotor dari sampah!
Aku lebih menjijikan dari sampah!
Aku lebih tidak berguna dari sampah!
Aku bukanlah

Buntu



Kembali ku terkurung dalam pulau sunyi
Mencoba berlabuh di atas sampan angan
Mendayung di atas derasnya ombak derita
Hingga kujumpai tepi ruang jiwa
Langkah terhuyung telanjang berpijak pada dingin yang terlampau beku
Meraba dinding kelam berdebu yang tak berujung
Bahkan celah pada retakan tajamnya tak membiarkan setitik siluet cahaya pun menjamahkan kehangatan
Kubuka mata
Kupejamkan mata
Tetap sama
Hanya cahaya dalam pandangan buta
Dinginnya pelukan hampa sang gelap tak pernah melepas jiwaku yang selalu duduk tertunduk memeluk gemetar lutut
Bukankah terbiasa tidak selalu bisa menjadi tameng rasa takut
Hanya ada satu emosi di dalamnya
Meresap ke dalam setiap bagian tubuh
Emosi yang selalu mengasah diriku selama ini
Semua emosi yang memberikan kesedihan
Menjadi tak menentu
Nalarku terkapar sekarat
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan
Harapan telah lama melambaikan tangan bersama cahaya
Kian lama hatiku menganga kosong tak berdarah
Tak menyisakan apapun selain rusuk remuk yang kerap kali batuk
Nurani yang ada makin pekat berkabut
Bila saja kutoreh dada dan kucopot jantung
Terlihat jelas ribuan rayap kehidupan
Berpesta menggerogoti dinding jiwa yang keropos
Benang-benang keputusasaan mulai tampakkan dirinya
Menjerat erat
Membelit leher dan jemariku
Hanya satu pilihanku
Mengampaki rayap-rayap kehidupan itu
Meskipun aku rebah, terhuyung berdarah
Hanya bernyanyi parau
Mencoba menciptakan kidung dari laras sendu tangisan tanpa suara
Hanya mengukir puisi tanpa arti
Yang terinspirasi dari seni putus asa dan rasa takut
Tak berguna
Semua pengorbanan
Lelahnya perjuangan
Hanya berujung pada titik hitam
Entitasnya terus berkembang
Jantungnya retak dan membuat sebuah lubang kecil yang terus membesar
Menganga
Perlahan menelanku yang tengah ruai
Oh hidup, aku ingin mati