13 Juli 2013

Luka Ini Kepedihan


Pusara angin luka
Asingkan aku di atas pusara luka
angin
Kan ku gapai goresan merona pada goresan hati yang kian membentang luas dalam diri
Dari hempasan alam yang sempit
Lelah kaki ini menyusuri ranting-
ranting berduri
Hingga telapak kaki ini penuh dengan darah dan nanah yang membusuk
Luka ini nyata merajamku
Batin ini terhunus tikaman bilah
belati usang yang berkarat
Menjadi sebab infeksi mematikan pada jiwa
Menggoyakan sutra suci yang tertenun indah
Kembali lagi aku dalam pusara titik awal
Hanya ada keramaian gemuruh guntur menakutkan yang menghasud
Membakar hati yang berada di ujung jurang tak berdasar
Membangunkan monster mengerikan yang tertidur dalam ruang hati
Mengikat hidupku dengan mata rantai yang panas
Keramaian selalu mengekangku
Aku terasing dalam kumpulun spesies yang sama
Aku terluka
Hati ini adalah luka
Luka ini kepedihan

10 Juli 2013

Untukmu


Kau tahu?
Ah, ya, aku tahu kau mungkin tidak pernah tahu
Malam ini aku terikat kembali dengan ruh malam
Sendiri menikmati waktu
Menari kaku bersama daun yang berdendang
Diiringi sunyi yang melantun dengan merdu
Aku terlentang menatap jubah sang raja gelap
Tak ada saputan awan
Bulan sempurna purnama
Bintang gemintang menjadi pelengkap keelokannya
Bagai sengaja dirancang untuk membuka gerbang duniaku
Sel otakku kembali disentuh oleh sukmamu
Terbang
Melayang dengan sayap setan dan malaikat
Menuju dimensi khayal
Wajahmu kembali terlukis dihamparan langit
Sayu
Tentram
Hanya ini yang mampu kulakukan
Fisik nyata tak pernah ada interaksi
Bahkan mungkin korelasi pun nihil
Aku tak tahu apakah sukma kita pernah bertegur sapa
Aku tak tahu rasanya menyentuh raga yang sekarang menjadi wadah ruhmu
Ruh yang selalu utuh
Ruh yang tak pernah mengeriput
Ruh yang bagiku selalu cantik nan manis
Ruh yang selalu aku cintai
Kau tahu?
Ah, aku tahu kau mungkin tak pernah tahu haha
Bagiku kau adalah cinta yang masif
Tak pernah bisa aku membuangmu dari ruang kecil ini
Kau selalu ada
Terbelenggu oleh sesuatu yang abstrak
Kadang terhalang kabut
Dan seketika kau menarik ku
Membius nalar
Dengan mata rantai yang kokoh kau ikat sepotong hati ini
Kau lukiskan warna pada hidupku yang kadang absurd
Putih
Bahkan sampai pada titik hitam
Heh
Aku pun tak mengerti dengan fiksasi ini
Ehem…
Nadia,,,
Ah, akhirnya aku menyebut namamu
Kau tahu?
Ah, aku tahu kau mungkin tidak pernah tahu
Aku mencintai sejak aku masih senang bermain petak umpet
Bahkan mungkin terlampau mencintaimu
Tak peduli benteng ruang dan waktu yang berdiri angkuh
Terkadang hatiku sering menipu
Kau tahu?
Ah, aku tahu mungkin kau tidak pernah tahu
Dulu aku sering bertanya pada gelap
Gelap yang nyata
Yang menelan apapun yang ada di hadapannya
Apakah aku punya akar kesempatan?
Atau apakah aku memang tidak  pernah berani menanam benih itu?
Haha betapa tidak beruntungnya aku
Aku menyerahkan sepenuhnya kesempatan itu kepada suratan takdir
Tapi, mungkin itu tidak buruk
Mungkin bukan sebuah kesalahan
Aku akan membiarkan semua itu selamanya
Andaikata takdir itu memang baik pada ku
Maka akan ada sesuatu yang bisa membelokkan semua kenyataan
Namun sepanjang sesuatu itu belum terjadi
Tidak pernah ada mawar yang tumbuh di karatnya besi
Jujur saja
Untuk orang yang tidak mempunyai harapan sepertiku
Aku hanya menginginkanmu
Itu benar
Aku teramat menginginkanmu
Maksudku dalam artian positif
Menginginkanmu menjadi teman hidup
Melalui hari demi hari bersama-sama
Menjejak sudut-sudut kebahagiaan
Dan mungkin juga pahit getir kehidupan
Tapi aku tidak mengharapkanmu
Aku bersiap melepas  semua perasaan ini kalau kau sebaliknya ternyata tidak menginginkannya
Melupakannya
Meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya
Mungkin tidak akan pernah bisa
Kau berhak memutuskan apa yang akan kau tentukan
Tentu saja
Maksudku
Eh
Menentukan nasibku
Aku…
Aku menciantimu

23 Juni 2013

Bidadari Sayap Patah

Ini adalah kisah. Dan kisah ini adalah.... Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya. " Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh kedalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik. Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya,bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat . Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal.Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina" Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya. (Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy) Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah. Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

21 Juni 2013

Cinta?

"Cinta itu begitu luar biasa ya, mampu membuat kita tergugu dengan berjuta harap juga rindu, bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kita cintai. Hingga wujudnya sudah mencipta resah, cemas, juga doa-doa."

Lama saya tak membalas pesan pendeknya. Bukan karena malas, tapi saya harus mencermati setiap kata yang ia tuliskan di layar kecil itu. Adakah ia serius atau hanya ingin ‘perang' kata-kata dengan saya. Dan setelah saya berpikir agak lama, saya membalasnya. Hingga saya harus menghentikan aktivitas saya sejenak karena setelah itu kami terus saling berbalas pesan pendek.

"Tapi, cinta pun menyediakan air mata... Bagaimanapun, ketika kita terjebak dalam sebuah rasa yang awalnya mungkin tak kita sadari, harusnya kita bisa jadi lebih dewasa. Bagaimanapun -sekali lagi- cinta akan tetap indah jika ia disembunyikan hingga hanya kita dan Allah saja yang tahu."

"Cinta itu ibarat warna, jadi ketika kita merasakan ada getar yang tak terdefinisi, itulah cinta. Hanya saja, kita tak tahu cinta dengan warna apa dan seberapa kuat pendarnya menerangi hati kita. Ada orang yang menyadari warna cinta dan kuatnya pendar itu langsung ketika dekat dengan orang yang dicintai.ada juga yang baru sadar ketika orang tercinta telah pergi."

"Sesungguhnya aku tak menyadari apa yang aku rasakan. Mencintai bagiku adalah suatu hal yang membuatku bahagia, tapi dicintai terkadang bisa menyisakan satu rasa yang tak terdefinisi dan mungkin saja membuat kita terluka. Hingga pada akhirnya kita lah yang harus berkorban agar tak melihat pendar kekecewaan pada wajahnya. Karena itu, mengapa harus sedih jika hanya bisa mencintai dari jauh? Balasan cinta tak harus dari orang yang kita cintai kan!"

"Benarkah balasan cinta itu akan kita peroleh dari orang yang tidak kita cintai? Tidakkah itu justru akan semakin menyakitkan kita atau setidaknya bukan cinta yang kita berikan pada orang lain itu, melainkan hanya rasa sayang atau kasihan..."

"Ya, itulah keajaiban sebuah cinta! Kita mungkin tak menyadari bahwa masih ada orang yang mencintai kita dengan setulus hati. Memang, mengejar apa yang kita cintai akan membuahkan satu rasa paling indah jika itu tercapai. Tapi, bukankah lebih indah memberi cinta pada orang yang mencintai kita setulus hati? Yah, pada akhirnya kita harus memilih. Tapi, yakinku hanya satu, bahwa cinta tetap indah pada akhirnya..."

"Ya, cinta akan tetap indah pada akhirnya. Karena cinta penuh dengan sensasi yang tak habis untuk dinikmati dan dikenang. Bukankah cinta butuh proses? Proses itu lah seni keindahannya... mungkin memang tepat satu kalimat ‘Surga hanya diperuntukkan bagi para pencinta.'"

Pesan-pesan pendek itu menjadi smacam renungan untuk saya, dan mudah-mudahan bagi kita semua. Bahwa cinta seindah apapun akan bisa menciptakan luka jika terlalu mengejarnya dengan porsi yang tak seharusnya. Tapi di sisi lain, cinta bagaimanapun rupanya bisa menciptakan kebahagiaan jika diporsikan sesuai kadarnya.

Cinta memang sepatutnyalah bisa membuat kita jadi lebih dewasa dan bijaksana. Tanpa perlu label khusus bagi kebanyakan pecinta muda yang belum sepenuhnya mengerti makna sesungguhnya. Sepatutnyalah cinta diporsikan sesuai dengan kebutuhan dan hak sesorang atau Dzat yang memberi kita cinta. Jikalah ada seseorang yang memberi kita cinta, mungkinkah cintanya akan melebihi cinta yang telah diberikan Dzat pencipta cinta itu? Maka, bertanyalah pada diri kita sekarang. Seberapa besar porsi cinta yang telah kita berikan pada Pencipta Cinta?

Surat Cinta Untuk Sahaya Jiwa

    Assalamualaikum.
    Saudariku, Sahaya.
    Sungguh nikmat yang besar, Allah telah menjadikan kita bersaudara di atas ikatan iman. Semoga Allah menjadikan kita sebagai saudara yang saling menyayangi di atas ikatan tersebut. Saudara yang menghendaki kebaikan satu sama lainnya. Saudara yang tidak menginginkan ada keburukan pada satu sama lainnya. Bersama rasa cintaku aku membuat tulisan ini… Semoga Allah mendatangkan manfaat, menjadikannya bekal untuk dunia dan simpanan untuk akhirat.
    Saudariku, Sahaya.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala, Robb yang telah menciptakan kita dari setetes mani, Robb yang juga telah menciptakan ibu kita, bapak kita, dan orang-orang yang kita sayangi, Robb yang telah memberi rizki pada kita sampai kita sebesar ini, Robb yang telah memberi hidayah Islam -sebuah nikmat yang sangat besar yang tidak ada nikmat yang lebih besar dari nikmat ini-, Robb yang telah memberi kita banyak sekali nikmat, Robb yang telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang taat, Robb yang juga telah mengancam dengan neraka bagi yang enggan untuk taat, Robb yang janji-Nya haq, yang tidak pernah menyalahi janji, sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya,
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya,
“Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”

    Di dalam hadis lain terdapat tambahan:
“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.” (Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jam As-Shaghir hal. 232, dari hadits Ibnu Amru dengan sanad shahih. Sedangkan hadits yang lain tersebut dikeluarkan oleh muslim dari riwayat Abu Hurairah)

    Saudariku, Sahaya.
    Masih akrab dalam pandangan kita, saudari-saudari kita keluar rumah dengan membuka auratnya. Beberapa diantaranya sangat “memperhatikan” penampilannya.
Mulai dari merk baju yang berkelas, model yang up to date, bahkan diantaranya kita lihat baju yang sempit dan serba pendek, celana yang juga serba pas-pasan, rambut direbounding, alis yang “dirapikan”, lipstik tipis warna pink, minyak wangi yang mmmm… (mungkin karena belum tahu)
    Saudariku, Apa yang kita dapat dari semua ini? “cantik”? “aduhai”? “modis”? “gaul”? “tidak ketinggalan jaman”? atau mungkin sekedar untuk bisa percaya diri ketika keluar rumah dan berhadapan dengan orang-orang?
    Memang banyak yang akan melihat “WAH” pada wanita yang berpenampilan seperti ini sehingga menyebabkan beberapa di antara kita tertipu dan bahkan berlomba untuk menjadi yang “terhebat” dalam masalah ini.
    Tetapi saudariku, saya ingin mengajak kita untuk menjadi seorang islam yang sejati! Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan apa yang mereka pamerkan dari tubuh dan kecantikan mereka. Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan merk yang ada pada baju-baju mereka.
    Sungguh! Kain sepuluh ribu per meter dari Pasar Bering lebih mulia jika kita memakainya dalam rangka ketaatan pada Allah, Robb yang telah menciptakan kita, Robb yang telah mensyariatkan jilbab untuk kita.
    Duhai…
    Pakaian mana yang lebih mulia dari pakaian ketaqwaan? Adalah nikmat yang besar ketika kita masuk Islam.
    Seseorang dinilai bukan lagi dari tulisan (baca: merk) apa yang tertempel di bajunya, atau dari seberapa mancung hidungnya, seberapa cantik wajahnya, seberapa elok parasnya, seberapa anggun bersoleknya. Tapi seseorang dinilai dari apa yang ada dalam hatinya, apa yang diucap oleh lisannya, dan apa yang diperbuat oleh badannya.
    Ya!
    Seseorang dinilai dari ketaqwaannya. Jadi tidak perlu lagi kita bersibuk-sibuk untuk pamerkan kebolehan tubuh dan kecantikan.
    Saudariku, Sahaya.
    Tidakkah kita melihat jajanan yang ada di emperan? Terbungkus dengan ala kadarnya,
semua orang bisa menjamahnya, atau bahkan mencicipinya. Bahkan seringkali yang mencicipi adalah orang iseng yang tidak benar-benar bermaksud untuk membeli. Setelah mencicipinya, dia letakkan kembali kemudian dia tinggal pergi. Bukan hanya orang iseng, bahkan lalat-lalat pun mengerumuninya. Berbeda dengan makanan berkualitas yang terbungkus rapi dan tersegel. Terjaga dan tidak tersentuh tangan-tangan iseng. Di antara keduanya, kita lebih memilih yang mana? Tentu yang kedua. Jika untuk makanan saja demikian, maka lebih-lebih lagi kita memilih untuk diri kita sendiri.
    Saudariku, Sahaya.
    Demikian juga keadaannya seorang lelaki yang baik-baik. Dia akan memilih wanita yang menjaga kehormatannya, yang kecantikannya tidak dia pamerkan. Tidak dia biarkan dinikmati oleh banyak orang. Yang demikian adalah karena wanita yang menjaga auratnya lebih mulia dari pada wanita yang memamerkan auratnya.
    Wahai saudariku, Sahaya.
    Bahkan lelaki yang sholeh berlindung pada Allah dari godaan para kaum wanita. Wanita adalah godaan yang besar bagi lelaki. Pada umumnya lelaki itu lemah terhadap godaan wanita. Maka sebagai wanita, jangan malah menggodanya! Tetapi bantulah mereka untuk bisa menjaga pandangan dan menjauh dari maksiat.
    Sukakah jika kau menjadi sebab pemuda-pemuda tergelincir dalam kemaksiatan? Menjadi penyebar fitnah dan perusak generasi?
    Sahaya yang aku cintai,
    Berat hati ini melihat hal seperti ini terjadi pada saudari kita…
    Allah telah memuliakan wanita dengan mensyari’atkan jilbab untuk mereka, namun kenapa malah menghinakan diri dengan membiarkan aurat terbuka? Secara tidak langsung, ini berarti membiarkan diri menjadi objek pemuas syahwat yang bisa dinikmati sembarang orang. Allah telah memuliakan wanita dengan mensyariatkan jilbab untuk wanita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan keluar dari ketaatan?
    Wahai saudariku,
    Kembalilah! Kembalilah dalam ketaatan sebelum terlambat!
    Kematian bisa datang kapan saja. Bukankah kita ingin meninggal dalam ketaatan? Bukankah kita tidak ingin meninggal dalam keadaan bermaksiat? Bukankah kita mengetahui bahwa Allah mengharamkan bau surga bagi wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang? Berpakaian tapi tidak sesuai dengan syariat maka itu hakekatnya berpakaian tetapi telanjang! Tidakkah kita rindu dengan surga? Bagaimana bisa masuk jika mencium baunya saja tidak bisa?
    Saudariku, Sahaya.
    Apalagi yang menghalangimu dari syari’at yang mulia ini? Kesenangan apa yang kau dapat dengan keluar dari syari’at ini? Kesenangan yang kita dapat hanya bagian dari kesenangan dunia. Lalu apalah artinya kesenangan itu jika tebusannya adalah diharamkannya surga (bahkan baunya) untuk kita?
    Duhai…
    Apa yang hendak kita cari dari kampung dunia? Apalah artinya jika dibanding dengan kampung akhirat? Mana yang hendak kita cari? Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Semoga Allah menjadikan hati kita tunduk dan patuh pada apa yang Allah syariatkan. Dan bersegera padanya…
    Saudariku, Sahaya.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab. Lalu jilbab seperti apa yang Allah maksudkan? Jilbab kan modelnya banyak… (Semoga Allah memberi hidayah padaku dan padamu, juga pada semua orang untuk berada di atas ketaatan dan istiqomah diatasnya)
    Iya, saudariku.
    Sangat penting bagi muslimah untuk mengetahui jilbab seperti apa yang Allah maksudkan dalam perintah tersebut supaya kita tidak salah sangka. Sebagaimana kita ingin melakukan sholat subuh seperti apa yang Allah maksud, tentunya muslimah juga ingin berjilbab seperti yang Allah maksud.
    “Ya… terserah saya! Mau sholat subuh dua rokaat atau tiga rokaat yang penting kan saya sholat subuh!”
    “Ya… terserah saya! Mau pake jilbab model apa, yang penting kan saya pake jilbab!”
    Mmm…
    Tidak seperti ini kan? Pembahasan mengenai hal ini ada sebuah buku yang bagus untuk dijadikan rurukan karena di dalamnya memuat dalil-dalil yang kuat dari Al Quran dan As Sunnah, yaitu Jilbab al Mar’ah al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah yang ditulis oleh Muhammad Nasiruddin Al Albani. Buku ini telah banyak diterjemahkan dengan judul Jilbab Wanita Muslimah.
    Adapun secara ringkas, jilbab wanita muslimah mempunyai beberapa persyaratan, yaitu:
1. Menutup seluruh badan
    Adapun wajah dan telapak tangan maka para ulama berselisih pendapat. Sebagian ulama menyatakan wajib untuk ditutup dan sebagian lagi sunnah jika ditutup. Syekh Muhammad Nasiruddin Al Albani dalam buku di atas mengambil pendapat sunnah. Masing-masing pendapat berpijak pada dalil sehingga kita harus bisa bersikap bijak. Yang mengambil pendapat sunnah maka tidak selayaknya memandang saudari kita yang mengambil pendapat wajib sebagai orang yang ekstrim, berlebih-lebihan atau sok-sokan karena pendapat mereka berpijak pada dalil. Adapun yang mengambil pendapat wajib maka tidak selayaknya pula memandang saudari kita yang mengambil pendapat sunnah sebagai orang yang bersikap meremehkan dan menyepelekan sehingga meragukan kesungguhan mereka dalam bertakwa dan berittiba’ (mengikuti) sunnah nabi. Pendapat mereka juga berpijak pada dalil. (Semoga Allah menjadikan hati-hati kita bersatu dan bersih dari sifat dengki, hasad, dan merasa lebih baik dari orang lain)
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan
3. Kainnya harus tebal dan tidak tipis
4. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak dapat menggambarkan bentuk tubuh
5. Tidak diberi wewangian atau parfum
6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
8. Bukan libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas)
    “BERAT! Rambutku kan bagus! Kenapa harus ditutup? Lagi pula  kalau ditutup bisa pengap, nanti kalau jadi rontok gimana?”
    “RIWEH! Harus pakai kaus kaki terus. Kaus kaki kan cepet kotor, males nyucinya!”
    “Baju yang kaya laki-laki ini kan baju kesayanganku! Ini style ku! Kalau pake rok jadi kaya orang lain. I want to be my self! Kalau pakai bajunya cewek RIBET! Gak praktis dan gak bisa leluasa!”
    Saudariku, Sahaya.
    Sesungguhnya setan tidak akan membiarkan begitu saja ketika kita hendak melakukan ketaatan kecuali dia akan membisikkan kepada kita ketakutan dan keragu-raguan sehingga kita mengurungkan niat.
   
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menjadikanku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka, belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka, sehingga Engkau akan mendapati kebanyakan mereka tidak bersyukur.” (Qs. Al A’raf: 16-17)

    Ibnu Qoyyim berkata “Apabila seseorang melakukan ketaatan kepada Allah, maka setan akan berusaha melemahkan semangatnya, merintangi, memalingkan, dan membuat dia menunda-nunda melaksanakan ketaatan tersebut. Apabila seorang melakukan kemaksiatan, maka setan akan membantu dan memanjangkan angan dan keinginannya.”
    Mungkin setan membisikkan “Dengan memakai jilbab, maka engkau tidak lagi terlihat cantik!”
    Sebentar! Apa definisi cantik yang dimaksud? Apa dengan dikatakan “wah…”, banyak pengagum dan banyak yang nggodain ketika kita jalan maka itu dikatakan cantik?
    Sungguh! Kecantikan iman itu mengalahkan kecantikan fisik. Mari kita lihat bagaimana istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shohabiyah! Apa yang menyebabkan mereka menduduki tempat yang mulia? Bukan karena penampilan dan kecantikan, tetapi karena apa yang ada di dalam dada-dada mereka.
    Tidakkah kau ingin berhias sebagaimana mereka berhias? Sibuk menghiasi diri dengan iman dan amal sholeh.
    Wahai saudariku, Sahaya.
    Seandainya fisik adalah segala-galanya, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memilih wanta-wanita yang muda belia untuk beliau jadikan istri. Namun kenyataannya, istri-istri nabi adalah janda kecuali Aisyah radhiyallahu ‘anha.
    Atau… mungkin setan membisikkan “Dengan jilbab akan terasa panas dan gerah!”
    Wahai saudariku, Sahaya.
    Panasnya dunia tidak sebanding dengan panasnya api neraka. Bersabar terhadapnya jauh lebih mudah dari pada bersabar terhadap panasnya neraka. Tidakkah kita takut pada panasnya api neraka yang dapat membakar kulit kita? Kulit yang kita khawatirkan tentang jerawatnya, tentang komedonya, tentang hitamnya, tentang tidak halusnya? (hah… sejak lahir aku aku memiliki kulit yang cacat, tak seperti kau dan orang lain)
    Wahai saudariku, Sahaya.
    Ketahuilah bahwa ketaatan kepada Allah akan mendatangkan kesejukan di hati. Jika hati sudah merasa sejuk, apalah arti beberapa tetes keringat yang ada di dahi. Tidak akan merasa kepanasan karena apa yang dirasakan di hati mengalahkan apa yang dialami oleh badan.
Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Semoga Allah memudahkan nafsu kita untuk tunduk dan patuh kepada syariat.
    “Riweh pake kaus kaki.”
    “Ribet pake baju cewek.”
    “Panas! Gerah!”
    Saudariku, Sahaya.
    Semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan apa yang Allah perintahkan meski nafsu kita membencinya. Setiap ketaatan yang kita lakukan dengan ikhlas, tidak akan pernah sia-sia. Allah akan membalasnya dan ini adalah janji Allah dan janji-Nya adalah haq.
    “Celana bermerk kesayanganku bagaimana?”
    “Baju sempit itu?”
    “Minyak wangiku?”
    Saudariku, Sahaya.
    Semoga Allah memudahkan kita untuk meninggalkan apa saja yang Allah larang meski nafsu kita menyukainya. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
    Semoga Allah memudahkanmu untuk bersegera dalam ketaatan, Meneladani para shohabiyah ketika syariat ini turun, mereka tidak berfikir panjang untuk segera menutup tubuh mereka dengan kain yang ada.
    Saudariku, Sahaya.
    Jadi bukan melulu soal penampilan! Bahkan memamerkan dengan menerjang aturan Robb yang telah menciptakan kita. Tetapi… Sibukkan diri berhias dengan kecantikan iman. Berhias dengan ilmu dan amal sholeh, Berhias dengan akhlak yang mulia. Hiasi diri kita dengan rasa malu! Tutupi aurat kita! Jangan pamerkan! Jagalah sebagaimana kita menjaga barang berharga yang sangat kita sayangi. Simpanlah kecantikannya, Simpan supaya tidak sembarang orang bisa menikmatinya!
Simpan untuk suami kelak! Niscaya ini akan menjadi kado yang sangat istimewa untuknya.
    Saudariku, Sahaya.
    Peringatan itu hanya bermanfaat bagi orang yang mau mengikuti peringatan dan takut pada Allah.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Robb Yang Maha Pemurah walau dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yasin: 11)

    Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mau mengikuti peringatan. Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang takut pada Robb Yang Maha Pemurah walau kita tidak melihat-Nya. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
    Kita berlindung pada Allah dari hati yang keras dan tidak mau mengikuti peringatan. Kita berlindung pada Allah, Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang Allah firmankan dalam QS. Yasin: 10 (yang artinya):
“Sama  saja bagi mereka apakah kami memberi peringatan kepada mereka ataukah kami tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.” (QS. Yasin: 10)