24 Juni 2012

Dengar, Tangisan Batin Jiwa Meradang

Terduduk aku dibawah pilar besar di rumah sakit, diteras radiotherapi. Aku termenung melihat berbagai wajah beraga membawa duka digerogoti akar nestapa pelan tapi pasti terus menjalar terlihat nyeri di raut muka, tiada senyum tiada canda tawa. Tatapan mata nanar saling pandang. Dingin ruang beraroma obat-obatan, tertulis di dinding anak dibawah lima tahun dilarang masuk dalam ruang, berderet raga duka duduk terdiam di kursi sofa panjang, penuh kesabaran menanti gilir menyembuhkan raga lara. Bisik-bisik diantara pengantar beribu ihtiar mereka lakukan demi satu kesembuhan, jiwa-jiwamereka saling memberi harap tetap tegar, menanti asa. Tet-tet-tet…bunyi lampu merah diatas pintu masuk ruang radiotherapi menyala tet-tet-tet. mataku menerawang melayang…. Lihat wajah mereka beraurora kelam lesu, bibir terkatup bermata penuh harap mencecap nikmatnya kehidupan kala sehat. Tiada manusia mau sakit, melaratdan sekarat. Lihat raga jiwa tidak berdaya semakin keropos digerogoti akar-akar kehidupan dalam raganya, bukan mau mereka. Jiwa raga mereka mengendong mahalnya beban kehidupan, mereka mengharap kesehatan, bukan berbagai aturan, setan. Dengar erangan rintihan saat akar-akar kehidupan menggerogoti raga-raga mereka,menghujam jiwa, di setiap perputaran waktu. Dengar, tangisan batin jiwa-jiwa meradang saat mendengar bisikan dari orang dalam, dibalik tirai putihmu, dibalik baju putihmu, lintah-lintah menghisap harta si penderita, berkedok pembenaran ber-ibu aturan. Duhai pejabat, tahukah untuk mendapat secarik kartu jaminan kesehatan, mereka merangkak dari pintu ke pintu berjarak dua, tiga, empat hari, mengharap mendapat keringan biaya berobat. Lihat mereka dirajam sakit berpuluh hari, berpuluh bulan, menguras berlaksa harta. Lihat jiwa-jiwa mereka tegar berihtiar mengharap mujizat kesembuhan dari-Nya, jangan kau persulit dan mengharap lebih dari raga yang digerogoti akar-akar menjalar, menghujam nyeri jiwa-jiwa mereka. Wahai pejabat, janganlah kau memperdaya mereka-mereka berkedok beribu aturan diembel-embeli berbagai persyaratan, setan. mereka berdatangan dari berbagai ujung mata angin mencari secercah mukjizat sehat. Wahai pejabat, kau jangan memakan uang sekarat, uang melarat, uang rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar